WEWEJANGE
PARA WALI
Sajroning dhadha iku ati, saantaraning ati iku jantung,
sajroning jantung iku budi, sajroning budi jinem, sajroning jinem iku suksma,
sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku ingsun, ora ana Pangeran,
ananging ingsun.
Sastra Jawa Klasik dapat
memberikan khasanah ilmu pengetahuan yang beraneka ragam. Di dalamnya
mengandung ide-ide atau gagasan-gagasan berbagai macam pengetahuan tentang alam
semesta, menurut persepsi budaya masyarakat bersangkutan, ajaran moral,
fisafat, keagamaan, dan unsur-unsur lain yang mengandung nilai-nilai luhur
(Tashadi,1991:3-4).
Sejalan dengan berkembangnya
jaman, karya-karya sastra Jawa hampir tak tersentuh oleh para pewarisnya. Hal
ini dimungkinkan karena aksara pengantar yang digunakan dalam penulisan naskahnya.
Banyak karya sastra Jawa lama tertulis dalam
naskah dengan aksara-aksara yang sulit dimengerti. Naskah-naskah
tersebut semuanya berupa tulisan tangan dengan bahasa daerah pada saat itu.
Kadangkala ada yang ditulis dalam huruf Arab atau huruf latin. Sedangkan
aksara-aksara maupun bahasa-bahasa tersebut tidak lagi dipelajari dalam dunia
pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, generasi muda jaman sekarang, sejalan
dengan adanya globalisasi, kesulitan dalam melestarikannya.
Wirid menurut KBBI berarti dzikir, bacaan sesudah shalat.
Menurut ahli sastra, wirid berarti bacaan (ajaran) pesantren yang
berkaitan dengan tassawuf.
Tidak jauh beda dengan suluk,
serat Wirid merupakan karya sastra yang bernuansa Islam-Kejawen. Yang di
dalamnya sarat akan budaya sinkretik (pertemuan Islan dan Jawa). Selain itu,
juga berkaitan erat dengan perihal hubungan manusia dengan Sang Khaliq,
keseluruhan alam semesta. Dalam Serat Wirid Hidayat Jati, ajaran yag
menjelaskan keberadaan serta kedudukannya sebagai ilmu ma’rifat, merupakan
nasehat-nasehat baik dari para wali di tanah Jawa.
Dalam mencapai pemahaman
ajaran dari Serat Wirid Hidayat Jati ternyata sangat rumit, sehingga sulit
untuk memahami inti dari ajaran-ajarannya. Maka, biasanya dalam memahami ajaran
ini tidak lain berada di dalam cipta rasa pribadi.
Terdapat5bab pembahasan, yang
juga menyangkut perkara kehidupan dan kematian maupun kiamat (diri pribadi
manusia).
Pada bab 1, perkara-perkara
yang disampaikan meliputi kewajiban-kewajiban dari seorang guru kepada muridnya
dan juga sebaliknya. Serta syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadi guru
maupun murid.
Bab 2 dari Serat Wirid menjadi
keterangan wirid, menjadi petunjuk bagi ilmu ma’rifat yang berasal dari dalil,
hadis, ijima’ dan khiyas. Kesemuanya menjadi pembuka tercapainya kesejahteraan
hidup dari awal hingga akhir.
Pada bab 3, berisikan
keterangan yang menerapkan kelengkapanilmukasampurnan. Serta
memberitahukan tanda-tanda datangnya hari kiamat. Wirid yang disebutkan dalam
bab 4 adalah wirid yang menjadi pembukanya ilmu ma’rifat kesejatiannya hidup.
Sedangkan wirid yang
disebutkan pada bab5 adalah pembukaan wirid kehidupan yang sejati, kesempurnaan
asal-muasal dan tujuan. Inti dari titik kejadian hingga sampai kepada kematian
yang sempurna.
Dari
perkara-perkara yang disampaikan dalam bab 1 sampai bab 5 dapat ditemukan
beberapa wejangan, yakni:
1. Pelajaran akan sifat-sifat Allah SWT.
2.
Pengertian adanya Allah SWT,
dimana diajarkan bahwa elemen hidup kita berada pada 7 keadaan(seperti pada
firman-Nya), yakni; gaib, cahaya, baying-bayang, ruh, angan-angan, budi dan
akal.
Secara garis besar, dapat dipetik bahwa ajaran Tasawuf
dalam Serat Wirid Hidayat Jati dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, ajaran serat yang hubungannya
dengan manusia, dalam ajaran ini mencakup proses pencipataan manusia. Kedua, ajaran serat yang ada hubungannya
dengan Tuhan, ajaran ini dapat dilalui dengan jalan penghayatan gaib melalui
tujuh martabat (tajjali Tuhan). Ketiga,
ajaran Manunggaling Kawula Gusti, yang dapat dicapai melalui tata cara Manekung Amuntu Samadi.
Perjalanan
hidup merupakan ketentuan Tuhan. Sesudah tingkatan hidup itu tercipta, Tuhan
berkenan mencipta mahligai zat yang diatur dalam Baitullah menjadi tiga
keadaan. Keadaan itu disebut ajaran wirid, yang berisi ajaran tiga
dunia. Baitulmakmur, yang menyenangkan; Baitulharam, yang bersih
dari larangan-Nya; dan Baitulmukhadas, tempat bersuci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar