Bab: ARJUNAWIWĀHA
GUBAHAN MPU KANWA
(Pernikahan Arjuna)
Arjunawiwāha
merupakan tonggak pertama yang mengawali sastra puitis Jawa Timur. Dalam cerita
Arjunawiwāha terdapat suatu bagian yang diambil dari kisah tentang Pāndawa seperti
dalam Mahābhārata yaitu waktu mereka hidup dalam pembuangan di hutan
selama 12 tahun. Bila dibandingkan antara epos Mahābhārata dengan
kakawin ini maka kemiripan hanya dijumpai dalam kisah mengenai pertemuan dengan
Siwa. Selain itu, kemiripan hanya terbatas pada tema umum
biasa seperti kunjungan Indra yang menyamar sebagai seorang brahmin, tinggalnya
Arjuna di surga dan perlawanannya terhadap raksasa. Tetapi konteksnya lain dan
seluk beluknya memperlihatkan perbedaan yang besar. Kakawin ini merupakan buah
cipta sendiri atau ceritanya sudah terdapat di Jawa lalu oleh penyair
dituangkan dalam bentuknya seperti ini. Syair ini ditulis sekitar tahun
1028-1035M pada jaman raja Airlangga.
Ikhtisar:
Niwātakawaca (seorang daitya)
mengadakan persiapan untuk menyerang surga, kerajaan Indra. Raksasa itu tidak
dapat dikalahkan oleh dewa ataupun raksasa, sehingga Indra menjatuhkan
pilihannya pada Arjuna. Sebelumnya Arjuna yang tengah beryoga di gunung Indrakīla, diuji
dahulu dengan diturunkannya 7 bidadari untuk menggoda dan merayu Arjuna. Namun
Arjuna tak menghiraukannya sama sekali. Para bidadari kembali ke surga
melaporkan kegagalannya, hal itu mengembirakan Indra karena Arjuna masih teguh.
Lalu Indra turun menyamar sebagai brahmin, ia disambut dengan hormat oleh
Arjuna dan ia memberikan nasihat dan menanyakan tujuannya dalam bertapa. Indra
menerima jawaban dengan rasa puas karena pilihannya tidak meleset. Ia
meramalkan bahwa Arjuna akan bertemu dengan Siwa setelah
itu lenyap.
Raja para raksasa
mendengar berita Arjuna yang bertapa brata lalu mengutus Mūka untuk
membunuh Arjuna. Mūka menyamar sebagai seekor babi hutan yang mengacaukan
hutan-hutan di sekitarnya. Arjuna mendengar keributan itu lalu keluar gua
dengan senjatanya, di saat yang bersamaan Siwa muncul
sebagai pemburu. Pada saat yang sama, keduanya melepaskan anak panah yang
mengarah pada babi hutan itu hingga tewas. Lalu terjadi perselisihan antara
keduanya mengenai panah siapa yang berhasil membunuh hewan itu. Pertempuranpun
tak terelakan, panah-panah Siwa beserta busurnya berhasil dihancurkan Arjuna. Siwa
menampakkan wujudnya dan menghadiahkan Arjuna sebatang panah, Pasopati.
Indra meminta Arjuna untuk
membantu para dewa, untuk membunuh Niwātakawaca. Awalnya ia menolak karena
alasan keluarga tapi akhirnya menyetujui dan berangkat ke surga bersama utusan
Indra. Indra menyusun strategi untuk mengalahkan Niwātakawaca dimana Suprabhā
harus menggoda dan merayu Niwātakawaca agar bercerita tentang kelemahannya.
Lalu Suprabhā menuju balai kristal tempat para dayang yang dibawa lari dari
istana Indra berkumpul. Tanpa sepengetahuan orang sebenarnya ia ditemani
Arjuna. Dua orang dayang membawanya menghadap raja, di sana Suprabhā merayu dan
menggoda hingga akhirnya Niwātakawaca terjebak bujukan Suprabhā dan membuka
rahasianya. Ujung lidahnya merupakan tempat kesaktiannya. Setelah mendengar
itu, Arjuna meninggalkan tempat persembunyiannya dan meninggalkan gapura
istana. Meluaplah kemurkaan sang raja menyadari bahwa ia telah tertipu. Ia
memerintahkan untuk segera menyerang para dewa. Terjadilah pertempuran sengit
hingga para dewa mundur, Arjuna yang saat itu berada di belakang barisan
tentara, pura-pura terhanyut oleh tentara yang lari terbirit-birit dan
mempersiapkan busurnya. Ketika Niwātakawaca mulai mengejar dan berteriak-teriak
dengan amarahnya, Arjuna melepaskan ank panahnya yang melesat masuk ke mulut
sang raja dan menembus ujung lidahnya. Niwātakawaca jatuh tersungkur dan tewas.
Atas keberhasilannya,
Arjuna dihadiahkan tinggal di surga selama 7 hari bersama 7 bidadari yang
menjadi istrinya. Ketika 7 hari itu telah lewat, Arjuna mohon diri pada Indra
untuk kembali ke bumi. Kepulangannya ke bumi diiringi oleh ratapan para
bidadari yang ditinggalkannya di surga.
Asal Mula Cerita:
Dalam Arjunawiwāha terdapat
suatu bagian yang diambil dari kisah Pāndawa dalam Mahābhārata, yakni
saat mereka hidup di hutan 12 tahun. Wanaparwa, adhyāsa 37(sampai
seterusnya), berbunyi:
Dalam persiapan melawan
Kurawa, Arjuna diperintahkan Yudhistira agar memohon senjata-senjata sakti
kepada Śiwa. Dengan maksud tersebut, Arjuna bertapa di gunung Indrakīla. Ia ditegur
seorang brahmin karena membawa senjata saat beribadat, a diperintahkan
meletakkan senjatanya. Arjuna menolak, sang brahminpun menampakkan wujudnya
sebagai dewa Indra. Arjuna diperbolehkan memohon suatu anugerah. Ia memohon
senjata Indra, lalu diberitahu, ia akan menerima bila bertemu Śiwa.
Arjuna meneruskan tapanya
yang demikian hebat, hingga para rsi yang tinggal tak jauh dari sana merasa
was-was pada kesaktian yang akan diperoleh Arjuna. Mereka memberitahukan Śiwa.
Dengan menjelma sebagai seorang pemburu dari suku Kirāta, Śiwa mendekati
tempat Arjuna-pada saat Arjuna diserang raksasa bernama Mūka yang
menyamar sebagai seekor babi hutan. Menyusul perselisihan mengenai panah,
perkelahian antara Śiwa dan Arjuna; sembah sujud kepada Śiwa; dan pemberian Pasopati
(seperti yang diceritakan pada
kakawin). Para dewa lainnya pun menghadiahkan senjata-senjata. Indra mengutus
saisnya untuk membawa Arjuna ke surga. Ia disambut, para apsara menari
untuknya; ia diajarkan bagaimana mempergunakan senjata-senjata yang
diterimanya. Salah seorang bidadari, Urvasī, jatuh cinta
padanya. Arjuna menolaknya; Urvasī mengutuknya(suatu hari menjadi banci). (Mahābhārata III,46)
Atas permintaan Indra dan
sebagai balas budi atas senjata-senjata yang telah diberikannya, Arjuna
berangkat dan melawan segerombolan raksasa; Niwātakawaca dan memusnahkan
mereka.(ini terjadi saat tinggal di surga, tapi diceritakan sesudah ia kembali
kepada para saudaranya). (Mahābhārata III, 165-174).
- Bila dibandingkan antara epos Mahābhārata dengan kakawin Arjunawiwāha (gubahan Mpu Kanwa), kemiripan hanya dijumpai terbatas pada kisah; pertemuan dengan Śiwa, kunjungan Indra yang menyamar, tinggalnya Arjuna di surga dan perlawanannya dengan raksasa.
- Bila dibandingkan dengan sastra India (Bhāravi), terdapat penyimpangan. Dalam kakawin Arjunawiwāha, ketiga puluh juta raksasa yang semuanya dimusnahkan Arjuna-sebagai imbalan atas senjata yang diberikan Indra-dijadikan satu raja raksasa (Niwātakawaca) sebagai lawan para dewa. Kemudian alasan mengapa para bidadari menggoda Arjuna pada kakawin berbeda dengan alasan pada karya Bhāravi. Menurutnya, godaan itu diakibatkan oleh roh-roh penghuni gunung Indrakīla yang khawatir akan kesaktian Arjuna akibat bertapa. Demikian juga penampakkan Śiwa diakibatkan oleh keluhan serupa dari para rsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar